Beberapa Masalah Kesehatan di Indonesia Yang Patut Diwaspadai
Sebagai negara yang katanya tergolong memiliki tingkat ekonomi terbaik di dalam G20, Indonesia tentunya boleh dibilang sebagai negara yang cukup makmur. Kamu pun pasti mengetahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam paling lengkap dan paling melimpah dibandingkan dengan seluruh negara yang ada di muka bumi ini.
Ironisnya dengan tingkat perekonomian dan sumber daya alam yang luar biasa itu, Indonesia ternyata belum mampu menyelesaikan permasalahan kesehatannya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu yang merupakan salah satu indikator termudah yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat kesehatan di Indonesia. Kamu harus tahu bahwa angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 saja mencapai 126 per 100.000 kelahiran.
Sebagai gambaran beberapa negara yang memiliki sistem kesehatan yang baik seperti Jepang, Jerman, dan Inggris memiliki angka kematian ibu yang berkisar 6-7 kematian per 100.000 kelahiran. Bahkan dilansir oleh WHO bahwa rerata negara maju memiliki angka kematian ibu yang “hanya” 12-14 kematian per 100.000 kelahiran. Hal ini tentu jauh jika dibandingkan dengan Indonesia. Secara statistik, indonesia bahkan kalah dari Malaysia, Singapura, Brazil, Argentina, dan banyak negara Amerika Latin yang secara ekonomi mirip atau malah berada di bawah Indonesia.
Lalu jika dirinci secara lebih mendetil, apa saja sebenarnya permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia? Yuk kita simak!
Masalah Kesehatan di Indonesia: Gizi Buruk
Salah satu permasalah paling mengerikan yang terjadi Indonesia adalah permasalahan gizi buruk. Mengapa? Kamu harus tahu, permasalahan gizi buruk secara umum dapat dibagi menjadi masalah gizi berlebih serta masalah gizi kekurangan. Sementara negeri kita sendiri mengalami apa yang disebut dengan double burden of malnutrition.
Dari istilah tersebut saja kamu pasti bisa membayangkan apa yang sedang dihadapi negara kita. Sebagai pembukaan, kami akan membuka fakta bahwa ada 8,4 juta anak-anak di Indonesia yang mengalami kekurangan gizi sehingga mengalami apa yang disebut oleh dokter dengan istilah stunting. Stunting merupakan suatu kondisi dimana seorang anak memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka.
Lalu dimana letak double burden nya? Dalam jangka menengah, anak-anak yang mengalami stunting akan sangat mudah terserang penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran cerna, hingga infeksi otak yang mematikan. Sementara dalam jangka yang panjang, anak-anak stunting yang dikemudian hari bertumbuh menjadi dewasa, akan sangat tidak produktif.
Berkurangnya produktivitas seseorang diketahui merupakan salah satu faktor risiko tertinggi untuk terjadinya penyakit-penyakit tidak menular. Oleh karena itu orang-orang yang mengalami stunting terancam dengan dua jenis penyakit berbahaya: penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Kamu juga harus tahu bahwa stunting jauh lebih berbahaya dari gagal tumbuh atau tinggi badan yang pendek. Seringkali tinggi badan yang di bawah rata-rata dipengaruhi berbagai faktor, termasuk genetik. Sementara stunting, bukan hanya badan yang dipertaruhkan. Anak-anak stunting memiliki risiko tinggi kegagalan perkembangan otak. Artinya konsekuensi yang diemban amatlah tinggi.
Apakah 8,4 juta anak merupakan angka yang besar? Ya! 8,4 juta anak kecil berarti 37,2% dari anak-anak di seluruh Indonesia saat ini mengalami stunting. Hal yang lebih parah lagi adalah begitu rendahnya kepedulian masyarakat terhadap permasalahan ini. Hal ini tentu akan berakibat kepada semakin tingginya permasalahan gizi buruk ini.
Lalu apa penyebab dari masalah double burden ini? Dicatut dari World Bank, masalah ini diakibatkan oleh meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia yang berarti secara statistik akan meningkatkan pula jumlah orang-orang yang mengalami penyakit tidak menular. Selain itu perekonomian Indonesia yang semakin baik tidak diimbangi oleh ketahanan pangan yang baik.
Akibatnya nutrisi yang dimakan oleh rata-rata anak Indonesia tidaklah seimbang. World Bank mencatat, rata-rata anak indonesia banyak memasukkan lemak sebagai salah satu asupan utamanya. Padahal tingginya lemak merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit tidak menular di hari tua. Alasan ketiga adalah kebanyakan kota di Indonesia tidak ramah terhadap pejalan kaki. Hal ini berimplikasi kepada rendahnya minat orang-orang Indonesia terhadap aktivitas fisik.
Masalah Kesehatan di Indonesia: Kematian Ibu
Nah masalah kedua yang juga merupakan salah satu indikator kesehatan di seluruh dunia yakni masalah kematian ibu. Indonesia bahkan tercatat sebagai salah satu negara dengan kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara.
WHO mencatat banyaknya kematian ibu melahirkan di Indonesia adalah akibat dari pendidikan warga Indonesia sendiri yang masih kurang tinggi. Kamu harus tahu bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia masih memegang budaya daerahnya masing-masing, dan salah satunya adalah budaya melahirkan di dukun melahirkan.
Proses melahirkan yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan di dalam suasana yang steril, kebanyakan dilakukan oleh dukun yang pada dasarnya yidak terlatih serta suasana yang jauh dari steril.
Akibatnya komplikasi melahirkan serta infeksi menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tertinggi di Indonesia. Meski angkanya saat ini tidak sebanyak dulu (terima kasih kepada program MDG/Millenium Development Goals), tetap saja angka nya masih tinggi.
Beberapa penyakit yang menyebabkan ibu melahirkan meninggal diantaranya perdarahan yang parah, eklampsia (kejang pada ibu hamil), infeksi, serta banyaknya aborsi yang tidak aman. Pada dasarnya hal ini semua berakar kepada kelahiran yang tidak dilakukan oleh tenaga yang terampil.
Lalu mengapa dukun masih tetap dipercaya oleh masyarakat? Dilansir oleh WHO bahwa pilihan masyarakat terhadap dukun selain karena kepercayaan dan budaya, mahalnya biaya kesehatan merupakan salah satu alasan utama pula. Bahkan di beberapa dusun kecil di Indonesia diketahui bidan bukanlah pilihan.
WHO juga pernah melakukan dokumentasi dan didapatkan secara statistik masyarakat tetap memilih dukun dibandingkan dengan dokter ataupun bidan. Kedatangan tenaga kesehatan ahli ke dusun-dusun terpencil di Indonesia bahkan tidak dianggap ancaman oleh para dukun setempat.
Pemerintah bahkan tercatat melakukan banyak pelatihan bidan-bidan di Indonesia, dan progres tertingginya secara presentase terjadi antara tahun 1989 hingga tahun 1994. Di antara 5 tahun itu diketahui ada 54.000 bidan baru. Meski demikian tetap saja angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi.
Masalah Kesehatan di Indonesia: Triple Burden Disease
Nah jika kamu menganggap double burden adalah masalah besar, berarti kamu tidak tahu triple burden. Kamu harus tahu bahwa saat ini Indonesia sedang terancam dengan status triple burden.
Jika double burden hanya berkutat pada penyakit menular dan penyakit tidak menular, maka triple burden adalah masalah penyakit menular klasik, penyakit tidak menular, dan penyakit menular baru alias new emergeing disease.
Kami mungkin tidak akan banyak membahan tentang penyakit menular baru, karena di Indonesia pun kajian terhadap penyakit-penyakit ini belum banyak. Beberapa penyakit baru yang dianggap sebagai infeksi baru yang menjadi masalah diantaranya adalah infeksi HIV, flu burung, flu babi, hingga penyakit Nipah.
Meski demikian kamu tidak perlu melakukan banyak hal. Untuk mencegah seluruh permasalahan kesehatan itu, kamu hanya butuh satu hal, yakni kepedulian.
Dengan kamu peduli terhadap permasalahan ini, kamu telah membantu para tenaga kesehatan dalam setidaknya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah ini. Harapannya di masa mendatang, kamu yang bukan tenaga kesehatan pun mampu menjadi agen perubahan yang berkontribusi terhadap kesehatan indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar